PARENTING DI TENGAH WABAH COVID-19

Tulisan ini saya dahului dengan pengalaman sebagai orang tua yang anaknya duduk di kelas 6 MI yang sebentar lagi akan ujian. Di sekolahnya di wajibkan Ujian menggunakan CBT (Computer Based Test). Bisa pakai laptop ataupun pake telepon genggam. Model Ujian yang sudah dua tahun ini diterapkan di sekolahnya.

Adalah guru kelasnya anak saya, memberi syarat untuk telepon di kumpulkan selama try out di madrasah. Artinya selama try out, HP di taruh di madrasah dan di pakai saat try out saja.

Ini yang bikin saya sebagai orang tua agak kurang setuju dengan kebijakan tersebut. Mungkin maksud dari guru dan kepala madrasah baik, untuk mengurangi anak bermain HP.  Namun apakah fungsi HP untuk anak anak hanya untuk mainan saja??  Tentu tidak, Karena keseharian anak bisa menambah pengetahuan mereka dari belajar dengan sarana HP. Baik ruang guru, atau aplikasi quizzes dan aplikasi di bimbingan belajar mereka, apabila anak tersebut ikut bimbel. Ada semacam keperluan lain dibanding hanya bermain ular-ularan, Mobile legend ataupun game-game lain yang bertebaran memenuhi dunia anak anak masa kini.

Sebagai orang tua milenial kini, problematika yang dihadapi tentu saja berbeda dengan orang tua kita zaman dulu. Nabi Muhammad bersabda “antum a’lamu bi umuri dunyakum” urusan dunia oleh nabi diserahkan kepada masing-masing pribadi umatnya. Quote popular dari Syayidina Ali Bin Abi Thalib, “Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, Karena mereka hidup bukan di jamanmu”. Dari quote ini  kita busa memahami bahwa mendidik anak harus menyesuaikan dengan zamannya. Tidak otoriter sesuai yang dianut oleh orang tua zaman dahulu, perlu penyesuaian di sana-sini.

Era Digital dimana semua ditandai dengan semua terhubung dengan tekhnologi. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, kita tidak terlepas dengan tekhnologi. Bangun pake jam Alarm dari HP kita, mandi pakai penghangat air, lagi lagi bersinggungan dengan barang elektronik.

Sesaat setelah menulis persoalan Ujian berbasis Komputer, riuh rendah informasi mengenai Covid-19 viral di media sosial. Tenyata Corona Virus 19 ini telah dinyatakan WHO sebagai Pandemi Internasional. Seluruh warga dunia merespon. Lima negara sejak 11 Maret lockdown. Istilah ini pertama kali saya dengar dari pak Asyari sahabat dari Jombang yang menyempatkan diri datang ke Tulungagung berdiskusi mengenai tugas tugas kuliah kami. Sampai kepada hal lockdown ini karena membahas isu corona yang sudah merebak.

Lima negara telah menyatakan dirinya lockdown selama 14 hari kedepan. Yaitu, China, Italia, spanyol, Iran dan Arab Saudi. Semua mengkarantina masyarakat mereka tetap bertahan di rumah karena virus menyebar dengan cepat di negara-negara tersebut.

Bagaimana dengan Indonesia?? Menyikapi adanya covid-19 ini sangat beragam, dari obatnya jamu jahe, kunir temulawak dan serei, memakai masker. Sampai pada jalan lain seperti memakai Qunut Nazilah, Istigotsah, dan lain sebagainya.

Tercengang kemudian dengan penanganan yang ada di Jakarta yang harus menghentikan aktivitas pembelajaran di sekolah dan belajar di rumah. Hal tersebut di ikuti oleh Jawa Barat, Semarang, solo, dan terakhir Jawa timur yang meliburkan  sekolah sampai tanggal 29 Maret 2020.

Anak-anak di himbau belajar menggunakan sarana Online. Nah… masuk nih tema saya, lagi-lagi era digital lebih nyata di praktekkan. Sebagai orang tua lagi lagi kita dituntut smart dalam menyiapkan sosial distance yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi gempuran virus corona ini.

Bagaimana orang tua harus bijak dalam mengarahkan anak belajar secara merdeka di rumah. Berikut beberapa tips yang bisa diberikan

  1. Diskusi / menjadi pendengar keluh anak

Jangan remehkan kekuatan menjadi pendengar ini, diskusi bahwa banyak virus berbahaya di luar sana sangat penting dilakukan, supaya anak sadar upaya menghidari virus dengan menjauhi kerumunan sosial.

  1. Membuat daftar makanan

Tidak perlu terlalu panik berbelanja, memborong semua bahan makanan selama sosial distance ini. Cukup merencanakan dan belanja sesuai menu yang telah di buat daftarnya, meminimalisir makanan yang terbuang sia-sia.

  1. List Aktivitas

Membuat daftar belajar meski hanya di rumah sangat penting dilaksanakan. Karena orang tua juga akan bertambah pekerjaan selama karena anak yang biasanya di sekolah belajar di rumah. Anak kebanyakan tidak terkontrol dalam aktivitas kalua dirumah. Bisa tidur saja atau bermain saja. Lupa dengan belajar mereka. Sebagai orang tua kita menemani mereka dengan mencari link pembelajaran di google seperti link rumah belajar dari kemendikbud. ruang guru dan lain-lain

 

Pola pembelajaran yang semula bertatap muka, ke depan akan sedikit bergeser menjadi pola-pola daring/online. Dengan segala kelemahannya, bentuk ini yang saat ini masih tepat untuk menangani pandemic.

Kedepan tentunya Ketika pandemic sudah berlalu, masih sangat perlu interaksi pertemuan kelas antara siswa dan guru. Membentuk karakter tidak semudah membalik telapak tangan. Membentuk karakter butuh ketelatenan dan kesabaran. Orang tua di rumah bisa menjadi pemeran utama dalam pembentukan karakter anak. Pembetukan secara sosial bisa dilakukan dengan interaksi dengan sesame siswa dan guru mereka di sekolah.

Bagaimana Mengembangkan kultur lembaga pendidikan Kultur ini merupakan nilai – nilai yang merupakan kebiasaan kebiasaan didalam lembaga pendidikan, seperti mengucap salam, upacara, slogan, kebiasaan khatam al qur’an, menghafal al-qur’an, doa dan sebagainya. Semua itu melibatkan komponen guru, kepala, siswa dan orang tua.

MARET WhatsApp Image 2020-03-21 at 08.16.32SUMBERAGUNG – REJOTANGAN – TULUNGAGUNG

Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar