QUALITY TIME DI TENGAH COVID-19

Covid-19 virus ini sudah melumpuhkan berbagai negara dengan kebijakan lockdownnya. Termasuk Indonesia. Sejak tanggal 16 Maret – 29 maret di umumkanlah seluruh jajaran kementerian untuk merumahkan siswa dan pegawainya. Bahkan diperpanjang sampai 5 April.

Yang bisa dilakukan adalah mengikuti edaran pemerintah dengan work from home, dengan rasa cemas juga di dada atas peristiwa yang membikin dunia di tengah kemelut virus ini, karena penyebarannya tidak bisa dilihat tapi yang begitu cepat.  Kami bekerja dari rumah dengan ketentuan yang diedarkan oleh kementerian masing-masing. Sebagai kepala sekolah diwajibkan membuat laporan perkembangan pembelajaran setiap hari dari para guru yang mengajar melalui moda daring pembelajaran jarak jauh.

Selama work from home, beberapa suka duka saya rasakan. Adapun suka saya adalah bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk keluarga, bisa mendidik anak secara dekat dan membimbing anak dalam proses pembelajarannya. Keluarga yang selama ini anggota nya sibuk dengan pekerjaan masing-masing, hari ini bisa di handle di rumah, bisa melihat celoteh riang anak anak di jam-jam yang biasanya mereka ada di sekolah. Yang terkadang kami pulang kantor capek dan harus mengerjakan tugas yang tersisa, sekarang bisa bekerja bersama anak-anak. Yang biasanya anak-anak berangkat les mata pelajaran, kini karena kebijakan belajar di rumah bisa menemani mereka menganalisa hasil pembelajaran daring dengan tentor mereka.

Namun di satu sisi kebosanan melanda anak-anak, merengek ingin jalan-jalan. Sebagai orang tua tentu kita harus bijak dalam memberi pengertian tentang yang terjadi yang tidak menimbulkan kepanikan di mereka, mengajari mereka belajar cuci tangan yang benar, memakai masker dan yang paling penting  menanamkan kekuatan karakter dan mental mereka menghadapi terpaan virus covid-19 ini dengan penuh tawakkal kepada Allah SWT.

Bekerja dari rumah bisa dikatakan gampang-gampang susah, susah karena harus memutar otak memberikan instruksi bagi para guru untuk memberikan pembelajaran secara daring ke peserta didik, saat ini madrasah kami melakukan Penilaian tengah semester secara daring ke peserta didik, membuat soal online dengan aplikasi kami lakukan untuk memudahkan anak, tentu saja memakan jam sampai larut malam untuk memasukkan soal tersebut ke aplikasi. Rapat dilaksanakan dengan online, dan hanya keperluan yang sangat mendesak saja harus keluar rumah. Seperti mengambil buku rekening BOS di Bank.

 Terlebih lagi ketika membagi waktu untuk bekerja dengan pekerjaan rumah tangga dan membimbing anak. Tidak mudah melakukan itu bersamaan.

Saya berharap pandemic virus covid-19 ini segera bisa teratasi. Semoga masyarakat juga patuh dengan ketentuan lockdown  dari pemerintah. Semoga ancaman virus dengan diberlakukannya kebijakan pemerintah work from home dan tidak keluar rumah ini akan bisa memutus penyebaran virus. Sehingga semua berjalan normal seperti biasanya lagi. Keyakinan kami hanyalah Allah tidak akan menguji hambaNya di luar kemampuan. Semoga dengan memperbanyak mengingat kebesaran Allah kita tidak tenggelam dalam ketakutan ancaman virus ini. namun tetap mengacu kepada prosedur Kesehatan yang telah ditentukan. Optimislah bahwa badai pasti berlalu

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

BENARNYA I’TIQOD & KESEMPURNAAN KETAATAN

“terkabulnya doa itu karena benarnya i’tiqod dan kesempurnaan ketaatan” Ibnu Taimiyah

Preview: Kemarin saya tulis tentang pesan seorang teman yang sangat memegang teguh bahwa bulan Ramadhan lah Allah mengabulkan keinginanya.

Akhirnya saya menemukan jawabanya.

Allah akan menjawab doa hambanya yang berdoa. sebenarnya kita setiap saat bisa berdoa. tidak hanya bulan Ramadhan saja. Setiap saat kita bisa memohon dan meminta kepada Allah. Saat kita terhimpit masalah.

Seperti keadaan sebulan lalu sampai kini kita dihadapkan dengan wabah yang melanda dunia. Pandemi Corona Virus yang menimbulkan kecemasan, trauma psikosomatis yang berat bagi masyarakat dunia.

Banyak yang melindungi diri dengan berbagai macam cara, memakai masker, mencuci tangan, menyemprotkan desinfektan dan berpola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan-makanan atau minuman tertentu. Minum Jahe anget, minum temulawak, memakan makanan yang memiliki anti oksidan tinggi.

Insyaallah dengan keyakinan yang benar dan kesempurnaan ketaatan kita kepada Allah, berdoa kepada Allah adalah the best way. Jalan terbaik adalah berdoa.

kenapa I’tiqod kita harus benar? I’tiqod atau Akidah menurut bahasa berasal dari kata al ‘aqdu yang artinya berputar sekitar makna kokoh, kuat, dan erat.

Adapun secara istilah umum, kata akidah bermakna keyakinan yang kokoh akan sesuatu, tanpa ada keraguan2. Jika keyakinan tersebut sesuai dengan realitas yang ada (sesuai dengan wahyu) maka akidah tersebut benar, namun jika tidak sesuai maka akidah tersebut bathil.

Maka kita harus benar benar kokoh dalam menanamkan keyakinan kita. Kita yakin berdoa kepada Allah dan Allah akan mengangkat wabah penyakit dari kita, sekitar kita dan negara kita.

Dipublikasi di Uncategorized | 2 Komentar

Ramadahan 1441 H

Panduan untuk anak MTs Arrosidiyah Sumberagung

BAB I

PENGERTIAN, SYARAT DAN RUKUN PUASA

 

Apa sih Puasa itu?

Puasa adalah menahan diri dari makan dan minum serta melakukan perkara perkara yang boleh membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sehingga terbenamnya matahari.

Sedangkan Puasa Ramadhan adalah Sunnatullah yang termaktub dalam kitab Al Qur’an 1:183

 

 

 

Artinya : ” Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa  sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu  bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Hukum Puasa

Hukum puasa terbagi tiga yaitu :

a.       Wajib – Puasa pada bulan Ramadhan.

dalam penjelasan QS al Baqarah 183-185, puasa Ramadhan ini adalah wajib bagi seluruh kaum beriman.  Bahkan wajib mengganti puasa yang ditinggalkan karena Sakit, bepergian (shaffar) dilain hari sebanyak puasa yang ditinggalkan.

b.      Sunat – Puasa pada hari-hari tertentu.

c.       Haram – Puasa pada hari-hari yang dilarang berpuasa.

Syarat Wajib Puasa

1.      Beragama Islam

2.      Baligh (telah mencapai umur dewasa)

3.      Berakal sehat

4.      Mampu untuk mengerjakannya

Rukun Puasa

Ø  Niat Mengerjakan puasa pada tiap-tiap malam di bulan Ramadhan(puasa wajib) atau hari yang hendak berpuasa (puasa sunat). Waktu berniat adalah mulai dari terbenamnya matahari hinggaterbit fajar.

Ø   Meninggalkan sesuatu yang dapat membatalkan puasa mulai terbit fajar hinggaterbenam mat ahari.

Syarat Sah Puasa

Ø  Beragama Islam

Ø  Berakal / mumayyiz (dapat membedakan antara yang baik dan buruk)

Ø  Tidak dalam haid, nifas dan wiladah (melahirkan anak) bagi kaum wanita

Ø  Hari yang sah berpuasa.

Sunat Berpuasa

Ø  Bersahur walaupun sedikit makanan atau minuman

Ø  Mengakhirkan waktu bersahur

Ø  Meninggalkan perkataan atau perbuatan keji

Ø  Segera berbuka setelah masuknya waktu berbuka

Ø  Mendahulukan berbuka dari pada shalat Maghrib

Ø  Berbuka dengan buah kurma, jikatidak ada dengan makanan yang manis

Ø  Membaca doa berbuka puasa

Perkara Makruh Ketika Berpuasa

Ø  Selalu berkumur-kumur baik ketika berwudhu maupun hal-hal lain

Ø  Merasakan sisa makanan dengan lidah

Ø  Berbekam kecuali perlu

Hal yang membatalkan Puasa

Ø  Memasukkan sesuatu ke dalam rongga anggota badan

Ø  Muntah dengan sengaja

Ø  Bersetubuh atau mengeluarkan mani/ sperma dengan sengaja

Ø  kedatangan haid atau nifas (sehabis melahirkan)

Ø  Melahirkan anak atau keguguran

Ø  Gila walaupun sekejap

Ø  Mabuk ataupun pingsan

Ø  Murtad atau keluar dari agama Islam (berpindah keyakinan)

Hari yang Disunahkan Berpuasa

Ø  Hari Senin dan Kamis

Ø  Hari putih (setiap 13, 14, dan 15 hari dalam bulan Islam)

Ø  Hari Arafah (9 Zulhijjah) bagi orang yang tidak mengerjakan haji Enam hari dalam bulan Syawal

Ø  Bulan Rajab dan Sya’ban

Hari yang diharamkan Berpuasa

Ø  Hari raya ldul Fitri (1 Syawal)

Ø  Hari raya ldul Adha (10 Zulhijjah)

Ø  Hari syak (29 Syaaban)

Ø  Hari Tasrik (11, 12, dan 13 Zulhijjah)

Hikmah Puasa Ramadhan

1.      Sarana mendekatkan diri kepada Allah karena puasa adalah ibadah untuk Allah semata. Orang berpuasa akan meninggalkan hal hal yang dicintai jiwa dan nafsunya selam berpuasa. Disitu nampaklah ketulusan seorang hamba Allah dan kesempurnaan penghambaanya kepada Allah swt. Dia semata mata mengharap pahala dari Allah karena Allah akan memberikan balasan yang agung untuk ibadah ini.

2.      Memperoleh ketakwaan, sebagaimana dijelaskan pada ayat al qur’an, Surat Al Baqarah 183 bahwa diwajibkannya hamba Allah untuk berpuasa agar ia bertaqwa.

3.      Orang yang puasa menyibukkan hatinya dengan pikir dan zikir, sehingga hatinya menjadi lunak. Orang yang menuruti hawa nafsu akan sering lalai dan hatinya keras.  Dengan berpuasa hawa nafsu dikekang.

4.      Orang kaya sadar akan nikmat Allah yang berlimpah kepadanya dan itu  tidak diperoleh oleh mereka yang fakir, baik makanan, minuman.  Sehingga dia pun memuji dan bersyukur kepada Allah, ingat kepada saudaranya yang fakir dan bersedekah kepadanya, memberinya sesuatu dari harta Allah yang telah diberikan kepadanya

5.      Puasa menyempitkan pembuluh darah sebagai dampak dari lapar dan haus, sehingga menyempit juga ruang setan pada tubuh. Karena Hadits nabi menerangkan bahwa setan masuk kedalam tubuh manusia melalui pembuluh darah.

 

 

 

“Sesungguhnya setan masuk dalam tubuh manusia melalui pembuluh darah.”

[HR. Al-Bukhari]

 

 

 
BAB II

ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAAL

Apa Zakat Fitrah?

Zakat fitrah (biasa dinamakan juga zakat jiwa), merupakan zakat yang dimaksudkan sebagai pembersih jiwa seorang muslim. Menurut sejarah, zakat fitrah ini disyariatkan pada tahun kedua hijriyah, dua hari sebelum puasa ramadhan. Pada tahun itu Nabi Muhammad saw. Berpidato di masjid menerangkan kewajiban mengeluarkan zakat fitrah sebelum pergi untuk melaksanakan shalat Idul Fitri.

 

Zakat Maal

Zakat maal merupakan zakat harta benda yang wajib dikeluarkan apabila telah memenuhi syarat syarat tertentu. Zakat mal menurut istilah ialah membersihkan harta dengan mengeluarkan sebagian kecil dari harta yang dimiliki seorang muslim untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq) sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Firman Allah swt.

 

 
Artinya : “ Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” ( Q.S. At Taubah : 103 )

Syarat-syarat wajib zakat fitrah

a.       Islam ( pria atau wanita, dewasa atau anak-anak, merdeka atau hamba)

b.      Orang itu ada (hidup) sewaktu terbenam matahari, hari terakhire bulan ramadhan

c.       Mempunyai kelebihan harta untuk keperluan makanan bagi dirinya sendiri dan yang wajib dinafkahinya baik manusia maupun binatang pada malam hari raya dan siang harinya

Hikmah Zakat

1.       Zakat menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan tangan para pendosa dan pencuri.

2.      Zakat merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir dan orang-orang  yang sangat memerlukan bantuan. Zakat bisa mendorong mereka untuk bekerja dengan semangat ketika mereka mampu melakukannya dan bisa mendorong mereka untuk meraih kehidupan yang layak.

3.      Zakat menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil, ia juga melatih seorang mukmin untuk bersifat pemberi dan dermawan. Mereka dilatih untuk  tidak menahan diri dari mengeluarkan zakat melainkan dilatih untuk menunaikan kewajiban sosial, yakni kewajiban untuk mengangkat kemakmuran negara dengan cara memberikan sedikat harta kepada fakir miskin.

4.      Zakat diwajibkan sebagai ungkapan syukur atas nikmat harta yang telah dititipkan Allah pada kita sebagai manusia.

 

Besaran Zakat Fitrah

Para ulama sepakat bahwa kadar wajib Zakat Fitrah adalah satu sho’ dari semua bentuk Zakat Fitrah kecuali untuk qomh (gandum) dan zabib (kismis) sebagian ulama membolehkan dengan setengah sho’. Dalil yang menunjukkan ukuran 1 sho’ adalah hadits Ibnu ‘Umar yang telah disebutkan bahwa Zakat Fitrah itu seukuran satu sho’ kurma atau gandum. Satu sho’ adalah ukuran takaran yang ada di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para ulama berselisih pendapat bagaimanakah ukuran takaran ini. Lalu mereka berselisih pendapat lagi bagaimanakah ukuran timbangannya.

Satu sho’ dari semua jenis ini adalah seukuran empat cakupan penuh telapak tangan yang sedang. Ukuran satu sho’ jika diperkirakan dengan ukuran timbangan adalah sekitar 3 kg. Ulama lainnya mengatakan bahwa satu sho’ kira-kira 2,157 kg. Artinya jika Zakat Fitrah dikeluarkan 2,5 kg, sudah dianggap sah.

Yang Berhak Menerima Zakat

Berdasarkan firman Allah QS At-Taubah ayat 60, bahwa yang berhak menerima zakat/mustahik sebagai berikut:

1.      Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.

2.      Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.

3.       Pengurus zakat : orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan & membagikan zakat.

4.       Muallaf : orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

5.       Memerdekakan budak : mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.

6.       Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan ma’siat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

7.      Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit, madrasah, masjid, pesantren, ekonomi umat, dll
BAB III

SHALAT IDUL FITRI

 

Tata Cara Pelaksanaan Shalat Idul Fitri :

Dua roka’at berjama’ah, dengan tujuh takbir di roka’at pertama (selain takbirotul ihrom) dan lima takbir di roka’at kedua (selain takbir intiqol atau takbir berpindah dari rukun yang satu ke rukun yang lain).

Adapun tata caranya adalah sebagai berikut :

1.      Memulai dengan takbiratul ihrom, sebagaimana shalat-shalat lainnya.

2.      Kemudian bertakbir (takbir Zawaid/tambahan) sebanyak tujuh kali takbir (selain takbiratul ihrom) sebelum memulai membaca Al Fatihah. Boleh mengangkat tangan ketika takbir-takbir tersebut sebagaimana yang dicontohkan oleh lbnu ‘Umar.

lbnul Qayyim mengatakan, “Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat meneladani Nabi Muhammad saw biasa mengangkat tangannya dalam setiap takbir.” Di antara takbir-takbir yang ada tadi tidak ada bacaan dzikir tertentu. Namun ada sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud, ia mengatakan, “Di antara tiap takbir, hendaklah menyanjung dan memuji Allah.”

Syaikhul Islam mengatakan bahwa sebagian salaf di antara tiap takbir membaca bacaan, “Subhanallah wal hamdulillah wa laa tlaha illallah wallahu akbar. Allahummaghfirlii war hamnii (Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku).”

3.      Kemudian membaca Al Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat lainnya.

4.      Setelah membaca surat, kemudian melakukan gerakan shalat seperti biasa (ruku, i’tidal, sujud, dst).

5.      Bertakbir ketika bangkit untuk mengerjakan raka’at kedua.

6.      Kemudian bertakbir (takbir zawa-id/tambahan) sebanyak lima kali takbir (selain takbir bangkit dari sujud) sebelum memulai membaca Al Fatihah.

7.      Kemudian membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya sebagaimana yang telah disebutkan di atas.

8.      Mengerjakan gerakan lainnya hingga salam.

 

 

 

 

 

 

DOA SEHARI-HARI

 

1.          Doa Sebelum Tidur

Bismikallahhumma ahyaa wa bismika amuut.

Artinya : Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan dengan namaMu aku mati. (HR Bukhari dan Muslim)

2.          Doa Sesudah Bangun Tidur

Alhamdulillaahil ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin nusyuur

Artinya : Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami set elah mematikan kami. Kepada-Nya- lah kami akan Kembali (HR. Bukhari)

3.          Do’a Masuk WC

Allaahumma innii a’’uudzubika minal khubutsi wal khabaa‘its.

Artinya : Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari syaitan besar laki-laki dan betina. (HR. Bukhari dan Muslim)

4.          Do’a Keluar WC

Ghufraanaka. Alhamdulillaahil ladzii adzhaba ‘annjil adzaa wa’aafaanii.

Artinya : Ku memohon ampunan-Mu. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakitku dan telah menyembuhkan/menyelamatkanku. (HR. Abu Daud)

5.          Do’a Ketika Hendak Berpakaian

Biismilaahirrahmaanirrahiim. Allaahumma innii as-aluka min khayrihi wa khayri maa huwa lahu wa a‘uudaubika min syarrihi wa khayri maa huwa lahu.

Artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dari kebaikan pakaian ini dan dari kebaikan sesuatu yang ada di pakaian ini. Dan aku berlindung pada-Mu dari kejahatan pakaian ini dan kejahatan sesuatu yang ada di pakaian ini.

6.          Do’a Ketika Bercermin

Allaahumma kamaa hassanta khalqii fahassin khuluqii

Artinya : Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah kejadianku, maka perindah pulalah akhlakku. (HR. Ahmad)

7.          Doa Sebelum Makan

Allhumma baarik lanaa fiimaa razaqtana wa qinaa ‘adzaa-bannaari Bismillahirrahmaaniraahiim.

Artinya : Ya Allah berkahilah kami dalam rezki yang telah Engkau limpahkan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (HR Ibnu as-Sani)

8.          Doa Sesudah Makan

Alhamdulillahilladzii ath’amanaa wa saqaanaa wa ja’alanaa musiimiin

Artinya : Segala puji bagi Allah Yang telah memberi kami makan dan minum, serta menjadikan kami muslim. (HR Abu Daud)

9.          Do’a Masuk Rumah

Assalaamu ‘alaynaa wa” alaa ‘ibaadillahish shaalihiina. Allaahumma innii as-aluka khayral mawiiji wa khayral makhraji. Bismillahi walajnaa wa bismillaahi kharahnaa wa ‘alallahi tawakkalnaa, alhamdulilaahil ladzii awaanii.

Artinya : Semoga Allah mencurahkan keselamat an atas kami dan atas hamba-hamba-Nya yang shalih. Ya Allah, banhwasanya aku memohon pada-Mu kebaikan tempat masuk dan tempat keluarku. Dengan menyebut nama-Mu aku masuk, dan dengan menyebut nama Allah aku keluar. Dan kepada Allah Tuhan kami, kami berserah diri. Segala puji bagi Allah yang telah melindungi kami. (HR Abu Daud)

10.      Do’a Keluar Rumah

Bismilaahi tawakkaltu ‘alallahi wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaah.

Artinya : Dengan menyebut nama Allah, aku menyerahkan diriku pada Allah dan tidak ada daya dan kekuat anselain dengan Allah saja. (HR. Abu Daud dan Tirmid2i)

11.      Do’a Masuk Masjid

Allaahummaftah lii abwaaba rahmatika.

Artinya : Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu. (h.r. Muslim)

12.      Do’a Keluar Masjid

Allaahumma innii as’aluka min fadhlika

Artinya : Ya Allah, aku memohon kepada-Mu karunia-Mu. (HR Muslim, Abu Daud, an-Nasa’l dan Ibnu Majah)

Do’a Niat Mengeluarkan Zakat :

Nawaitu an ukhrija zakaatal fithri an nafsii fardlal lillahi ta’aala.

Artinya “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, fardu karena Allah Ta‘âlâ.”

Kegiatan : Renungan (Muhasabah) Diri

Tujuan :

Ø  Mengingat kesalahan diri kepada Allah SWT

Ø  Mengingat kesalahan diri kepada orang-orang terdekat

Ø  Mensyukuri nikmat yang telah diberi Allah SWT

Ø  Memohon ampunan Allah SWT dan bertekad memperbaiki diri dengan kesungguhan

 

Uraian renungan :

Sahabat ku,

Cermin adalah benda bisu. Namun kebisuannya telah memberikan penilaian jujur terhadap diri kita. Ketika kita berdiri di hadapannya dan menatapnya Lekat-lekat, cermin tak pernah berdusta kepada diri kita. la akan mengatakan yang benar, tanpa rasa takut atau malu. Berkacalah dan lihatlah diri kita! Tataplah kedua mata kita!  Renungkanlah betapa Allah telah menyempurnakan kedua mata kita.

Namun apa yang telah kita perbuat dengan kedua mata ini ?

Apakah kedua mata ini selalu menitikkan air mata

untuk mengingat dosa-dosa yang telah kita perbuat ?

Apakah kedua mata kita banyak membaca ayat-ayat Allah ?

Lihatlah dengan cermat !

Betapa kedua mata kita telah banyak bermaksiat Kepada-Nya.

Sahabatku,

Sungguh Allah telah memberi nikmat penglihatan untuk digunakan dengan benar dan baik. Allah telah berfirman dalam Al Qur’an, bahwa jika kita bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya, niscaya Allah Azza Waja’ala akan menambah nikmat kita. Namun bila kita mengingkarinya, maka azab Allah amat pedih.
INDAHNYA SILAHTURAHMI

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi].

Ayo, anak-anak kita semangat dan sempatkan waktu untuk berkunjung di Hari Raya Idul Fitri ke Rumah Bapak dan Ibu Guru Kita!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

COLLABORATION : THE CHARACTERISTICS OF TRANSFORMATIVE LEADERSHIP IN ISLAMIC EDUCATION INSTITUTIONS

https://ejournal.staim-tulungagung.ac.id/index.php/EDUKASI/article/view/371

Tulisan ini di muat oleh jurnal Edukasi STAIM Tulungagung berkolaborasi dengan Bapak Suprihno. di Volume 7 no 1 (2019 

 

Suprihno

STAI Muhammadiyah Tulungagung, hasbiatt@gmail.com

Eti Rohmawati

Program Doktoral IAIN Tulungagung rohmawati551@gmail.com

Abstract : Transformative leaders are leaders who bring a change to the members and the environment. In this study is intended to describe the characteristics of transformative leadership in Islamic educational institutions. The method used is qualitative research. The data obtained is from the results of library research. Data analysis is done step by step: data presentation, data filtering, classification and drawing conclusion. The results of the study can be summarized as follows: There are several characters of transformative leaders based Umar Bin Khattab they are; Wira’i; the patient and optimism; the master of archery; smart; clever and nimble; meticulous; Hard worker and etc. There are several characteristics in transformational leadership in Islamic education is a reflection of charismatic leaders such as Idealized Influence (II), Inspirational Motivation (IM), Intellectual Stimulation (IS), Individualized Consideration (IC), Contingent Reward (CR), Manage by Exception (MBE) and Laissez-Faire Leadership (LF)

 

Key word: Characteristic, Leadership, Transformative.

 

Introduction

Leadership is one part of management that very important one in determining the progress of an organization, whereas increases or stagnates. In organization mobility, the leadership model will change with the substitute of leadership itself. Not only change the model but also changes in the organization’s vision and mission. The bad effect, if each leader substitute is followed by a change in the vision and mission of the organization. It’s showing that organization in unhealthy symptoms.

The leader has an important role to carry out the work plans that have been written and made in the strategic plan. In its journey, the new leader task is continuing the blue print of the organization. The leader should not force the personal aspirations that finally seem to impose desire to the members of organization. If this happen the leader force his personal aspiration, it will arise the emergence of staff unhappiness to him, which increasingly complicates at the atmosphere in the organization.

One of the leader’s tasks is to transform the organizational values in helping to realize the organization’s vision. A transformational leader is a person who has diagnostic expertise, always takes time and devotes attention to efforts to solve problems from various aspects.1 So the leaders are required to be able to master at least the basics of psychology, in order to pay attention to the state of the soul of the person they lead.

The challenge of carrying out the transformation in an organization will be hard if done by individually, without understanding of the internal and external environment. Carrying out this transformation requires at least systematic and directed steps; hopefully the desired will be come true. The leader in this matter need to motivate staff to carry out work based on common interest. For achieving the the success in this circumstance, it is required to change the organizational tasks and activities and management way especially leadership of organizations.2

Based on the above thoughts, it is necessary to do a study of the characteristics of leadership in Islamic education institutions in order to give some ideas of the characteristics of leaders in Islamic education institutions. So the researchers took the title of The Characteristics of Transformative Leadership in Islamic Education Institutions.

The formulation of the problem in this study is how are the characteristics of transformative leadership in Islamic education institutions? The purpose of this study was to determine the characteristics of transformative leadership in Islamic education institutions.

 

Leadership

Leadership is interpreted as a process and an effort to influence others to achieve goals, so leadership is very important in an organization / company, because leadership is what will determine the success or failure of an organization/company. General leadership is defined as a close relationship between a person and a group of people because they have the same interests.3 Whereas Leadership according to James A. F. Stoner at Husein Umar is a process of directing and influencing activities related to the tasks of group members.4 Robbins and Judge define leadership as the ability to influence a group to achieve a vision or set of goals. 5

Based on opinions about leadership, the authors conclude that leadership is an attempt to influence others to do as the leader wants. So what is meant by leadership is an attempt to influence people or groups to act and behave as expected so that goals can be achieved effectively and efficiently.

Likewise in the world of education, education is a process carried out by someone in an educational organization or institution to influence, coordinate, and move the behavior of others and make changes in a more positive direction, so that the goals of educational institutions can be achieved.

Leadership Style

Leadership style is the behavior of individual influences to other people, to implement something6, Kartono explained that leadership style is a way of working and acting leaders in guiding their subordinates to do something. So leadership style is the nature and behavior of leaders applied to subordinates to guide their subordinates in carrying out work. A Leader will have a leadership style in accordance with the situation; this theory was developed by Robert House as quoted by Wirjana and Supardo7, revealing that a leader uses a leadership style that depends on the situations: Directive Leadership, The leader gives specific advice to the group and establishes basic rules. Supportive Leadership, There is a good relationship between leaders and groups and shows sensitivity to the needs of members. Participatory leadership, Leader makes decisions based on consultation with groups, and share information with groups. Achievement Orientation Leadership, Leaders confront members with challenging goals, and encourage high performance, while showing confidence in group abilities.

Robert Albanese, David D. Van Fleet,8 divides the leadership style into four styles; (1) Charismatic; leadership style that is able to attract attention from many people, because of various factors possessed by a leader who is a gift from God. He is able to attract people. He is able to charm the other people with the polite spoken and arise the spirits of the people. (2) Authoritarian; a style of leader who concentrates all decisions and policies taken full from himself. All division of tasks and responsibilities is held by the authoritarian leader, while the subordinates only carry out the tasks that have been given. (3) Democratic; a style of leader who gives extensive authority to subordinates every problem always involves subordinates as a whole team. And (4) Moralists; leadership style that best appreciates subordinates who are moralist-style leaders are warm and polite to everyone, have high empathy for problems and all forms of virtue are in this leader.

Characteristics of Transformative Leadership

Transformative leadership theory is a hotly discussed approach in the last few decades. It’s introduced by McGregor Burns who applied in a political context. Bernard Bass introduced the transformative leadership in the organization context.9

Bernard M Bass (1990) try to introduce transformational concepts, triggered by dissatisfaction with transactional leadership where leaders involve an exchange process. Whereas somebody who follows him receives immediate and tangible rewards, transactional leaders maintain the status quo. While transformational leadership opposes the status quo, transformational leadership directs the organization towards a goal that has never been achieved before; this transformative leader directs the organization towards a new direction. According to Zaleznik in Bernard M Bass Transformative leadership it has four components, namely; charismatic leadership, inspirational leadership, individual consideration and intellectual stimulation. Whereas transformational leadership according to Robbins and Judge,10 explains that transformational leadership is a leader who inspires followers to put aside their personal interests and have extraordinary influencing abilities. Regarding transformational leadership there are processes that can be seen through a number of leadership behaviors such as attributed charisma, idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation and individualized consideration.

Burn (1978) stated that quoted by Munarji (2016)11 describes that transformational leadership is “a process that leaders and followers raise one another to higher levels of morality and motivation”. That’s mean a process where leaders and subordinates develop each other a high level of morality and motivation.12

Donnely, B.S (1998)13 divides into four skills used by transformational leaders, they are: (1) The leader has a vision that he is able to express his thoughts clearly. His vision can be a goal, a plan or a series of priorities. (2) Leaders can clearly communicate their vision. The leader is also able to show a favorable image as a result if his vision can be realized. (3) Leaders must be able to build trust with fair, decisive and consistent actions. His perseverance, even against obstacles and difficulties, can be proven. (4) Transformational leaders have positive views about themselves. He will work to develop his skills so that success can be achieved.

Research Methods

This research method uses a qualitative approach, because the purpose of this study is to describe the characteristics of  transformative   leadership      in        Islamic education institutions. This research is a research library where researchers conduct their research based on a reference book on transformative leadership.

The research was conducted from September to December 2018. This research is a transformative leadership book by Abdul Karim (2010)14, Ali Muhammad Ash-Shalabi (2008)15, the Transformational leadership second edition book  by  Bernard  M  Bass (1990)16, and Ronald E Riggio (2006).17

Data is collected with using book observation and documentation. Checking the validity of the data is done using data triangulation (check, re-check, and cross check). Data analysis was performed using four stages of qualitative analysis, namely data collection, data reduction / filtering, data classification, and drawing conclusions. Based on the results of the reduction, the data is classified according to the problem formulation. After that, conclusions are made according to the data.

 

Characteristics of Transformative Leaders (Transformative leader)

The next characteristic  in  choosing  leaders  was  expressed  by Dr. Umar Ash Shalabi, explained the criteria for choosing a leader according to the method of Umar bin Khattab.18

First, must be cautious, Wira’i (polite and humble) and master in Islamic law. Do not choose leaders who are not cautious, many pride themselves and are shortsighted or blind to Islamic law, so that in the future many decisions will be made that have the potential to damage the Muslim faith and morals.

Second, have patience and optimism. A leader absolutely needs patience in everything. Patience in completing the mandate. Patience in completing the work that was proclaimed. Even patient in fulfilling the promises he had made himself. With such patience, God willing, optimism can be built and continue to be maintained.

Third, must be assertive, courageous and mastery at archery. In these criteria that need to be interpreted more modernly are good at archery. In the present context, archery here can be interpreted as clever in solving nation problems quickly, precisely and accurately. For example in terms solve the education problems, poverty and unemployment.

Fourth, it must be smart and nimble. An absolute leader must be smart, smart and deft. If there is no such thing then how can the progress of the nation and state are achieved. The leaders must not get wrong in dealing with people’s problems. Because it’s fatal if the leader make a wrong decisions.

Fifth, the leaders must carefully. in matters of war. In this case one interpretation is needed. Our nation is not in a war in the context of weapons, that’s true. But our country is hit by poverty, ignorance, unemployment and an extraordinary moral crisis. In a situation like this, we need leaders who  can  fight  all  these  fundamental  problems. So, a leader is not only simple in terms of clothing, but who really can win in this basic warfare.

Sixth, have high motivation in work. Such a leader is only born of a person whose past has experienced a name for high level discipline. Without it, it is impossible for a leader to have high motivation in working.

 

Characteristics in transformative leadership in Islamic Education

Characteristics in transformative leadership according to Bernard M. Bass & Ronald E Riggio Transformational leadership second edition:19

  1. Idealized Influence (II)

Transformative leaders have big ideas in leading their subordinates. This leader has a respected character even admired, respected, and can be trusted. This leader has a big influence because it has the ability to foster self-confidence to those he leads both with speech, action in creating a work atmosphere. He is more optimistic to see future success, because he has a successful experience in leading. Analysis from Bernard M Bass with his MLQ (Multifactor Leadership Questionnaire)    suggests    that    leaders    who    have Idealized Influence behavior are “leaders emphasize the importance of having a sense of togetherness on a mission” with the emphasis that leaders have confidence that difficulties will be solved.

This leader is a person who has a  clean,  sincere,  loving  heart. In Islamic education, people who have a sincere and loving heart are those who easily depend on prayer and good hope. They have other intelligence than others, according to al ‘Arabi there is an active reason called ladunni sense. To be able to get closer to God and avoid the bad character. Leaders who have personal abilities are able  to show in front of those they lead correctly and precisely, then automatically he can give influence to each individual he leads.

  1. Inspirational Motivation (IM)

Leaders have a tendency to motivate and inspire by giving meaning and challenges to their followers. There is team spirit, enthusiasm and optimism. The leader gets high trust from those he leads in translating the vision of the future more attractively. In MLQ described      components                           inspiring                 leader                with “The motivation inspirational leaders articulate a vision of an exciting future.” Interesting to mention the jargon will be the institution’s vision so with the intention of causing deep understanding and strong emotions to lead. It drives to be easy to embody in real form.

The challenge for subordinates to achieve higher standards than before is also the behavior of leaders of inspirational motivation. By support the employees to think of new ways, utilizing imagination, working harder, prayer and sacrifice. Idealized Influence and inspirational motivation when combined become inspiring charismatic leaders. In accordance   with   what    is    explained    in    the charismatic leadership theory.20

Leaders of Islamic education institutions motivate their employees by inviting them to achieve higher standards by inviting them to foster educational institutions, especially Islamic education institutions.

  1. Intelectual Stimulation (IS)

Transformative leaders provide a stimulus to those they lead to  be more innovative and creative by asking assumptions, measuring problems again and finding forms to overcome them, renewing the situation by finding new directions. Creativity is needed here. No criticism is needed for members who make mistakes, new ideas and solutions that are creative in overcoming problems explored from the members they lead. There is a process of identifying problems and solving them. Subordinates dare to find new ways and approaches to new approaches to problem solving. If their ideas are different from the leaders, they will not be criticized. Because the leaders looking problems from many points of view, then solving with many avenues too.

  1. Individualized Consideration (IC)

Leaders who think seriously pay attention to each individual they lead, that is the transformative leader. Every individual he leads requires recognition and development in his work. Employees and colleagues are built into a higher degree of success. Practice in Leaders who pay attention to each individual they lead can be seen when there is full learning opportunities supported. Then there will be individual differences in their needs and expectations. For example, some workers receive encouragement; some are given autonomy, other company standards and many more structured assignments. There will be  a  difference  in   the   courage   of   communication   patterns   and there will be practices that will be demonstrated by employees in managing their management. Interaction with fellow workers in personal example will remind leaders of some of the conversations that have taken place, indicating awareness of individual forms of recognition to them. And showing the individual to all employees is not just a worker.

Leaders who have this character listen effectively. Leaders delegate tasks as a form of improvement of their subordinates. This delegation is monitored to check if employees need additional direction or support in strengthening their performance. Leaders take the time to teach and train.

  1. Contingent Reward (CR)

A good transaction and can be a reason that is effective in motivating others to get a higher degree of development and appearance. Although not included in the  transformative  component. Leaders who apply prizes include leaders who assign or  get approval from employees of what they do with promises or attractive prizes offered to those who get satisfactory results. An example of giving this gift is that the leader is clear about what will be obtained when the purpose of assigning  them  in a task is  carried  out. There will be a material bonus for employees who can do the assigned work properly. Contingent reward (CR) can be said to be transformative when the shape of the gift touches the psychological real such as gratitude, happiness etc.

  1. Manage by Exception (MBE)

In managing exceptions it can be passive or active (MBE-P) or (MBE-A). In the exception of active leaders actively compile oversight of fraud, standards and errors committed by employees in carrying out their work. And provide corrections directly to the parts that need to be repaired. While passive exceptions are waiting for fraud, mistakes, or damage to occur  then  the  leader  intervenes  to  make  corrections. Active exceptions are at one time necessary and effective in certain situations such as  if  security  is  the  most  important  thing. Leaders sometimes treat passive exceptions when needed in a supervision that is large enough for the number of employees or subordinates to report directly to the leadership. The leader immediately gives attention to mistakes to find the standard (active) and the leader will not do anything until there is a complaint (passive).

  1. Laissez-Faire Leadership (LF)

Laissez Faire is a  form  of  opposition  from transactional  leadership. Characters that mean let it happen. Or leaders whose represent non-transaction                       character.         Important decisions will not be made.               Thus               action               will be postponed. Responsibility in leadership is ruled out. Important authority becomes no longer useful. An example of this character is the leader avoids being involved in an issue when the issue arises.

The   LF   leadership    is    basically    that    each    leader    shows their respective styles for several interests. An ideal profile as shown below where there are three dimensions that illustrate how the frequency of a transformative leader shows several styles in his leadership. The horizontal dimension is self-evident definition, while the vertical dimension is based on empirical findings.

karakter diaagram

Characteristics of Transformative Leadership of Islamic Education

Characteristics according to the Big Indonesian Dictionary are “(mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu) having special  characteristics   in   accordance   with   certain characteristics”. Quality Characteristics can also be defined as

distinguishing features and someone or something, quality or nature can also be said as a quality or characteristic of someone or something. Characteristics are a striking characteristic of someone or something.

Leadership According to James M. Black is Leadership is capability of persuading others to work together under Reviews their direction as a team to accomplish certain designated objectives.22

To make changes in the organization, one of the efforts that can be done is to change the leadership style. Many leadership models can be chosen by leaders. One of them is  transformational  leadership. You cannot change what you were not willing to acknowledge. If the results are not conducive to the desires of your heart or the potential you know can be realized, you must look at becoming a transformational leader.23

According to the information above, sometimes the desire and ability of a person cannot provide maximum results in realizing the goal. For that we need a new concept in leadership. One of them is by becoming a transformational leader. Transformational leaders are leaders who have far-reaching insights and seek to improve and develop organizations not for now but in the future. Therefore, transformational leaders are leaders who can be said to be visionary leaders.24

Transformative leadership in Islamic education is inseparable from understanding monotheism. Transformative leadership and spiritual leadership cannot be separated from transformative leadership in Islamic education. Spiritual is not only understood not only as a strengthening of pure human potential, affirmation of human existence such as motivation, work ethic, initiative, creativity but also related to the existence of God as its creator. This term is often referred to as “spiritual leadership25

2020-04-27 (1)

 

(Chart of leadership concepts at Islamic Education according to Abdul Karim)

The chart explains the concepts and practices of leadership in Islamic education institutions can be done by combining transformative and spiritual leadership. This amalgamation explains that to move and change human beings whose personal desires cannot be in the usual and general way how the power possessed by him selves, leadership must involve the power of God as the most infinite thing.

The problem of leadership is as old as the history of mankind, for that leadership requires the name of man, whether people in society or an institution / organization certainly cannot  carry out their duties and functions properly without a leader. The same is true with Islamic education institutions.

In the management of Islamic education, leadership also plays a very important role. This leadership is seen as a trigger for changes in the development of the quality and achievements of Islamic education, Islamic schools and Islamic boarding schools.

Based on the research activities carried out with the R & D method and the results of research and discussion in Muhammadiyah junior high School 1 Minggir, the researcher can draw the following conclusions: The use of Android-based Arabic language learning media has proven to be effective in improving the learning achievement of mufradat and qawa’id. This is indicated by the pretest and posttest test which produces a value of t – 1,756 which falls on Ha’s acceptance or Ho’s rejection. Thus it can be concluded that there is a significant difference between the Android-based learning media and the previous media, in which android-based learning media is better than the previous learning media.

Conclusion

There are several transformative leader characters in Dr.’s view. Umar Ash Salabi where the leader character based on Umar Bin Khattab is, Wira’i, has patience and optimism, is good at archery, smart, clever and deft, careful, high-spirited at work. There are several characteristics in transformational leadership in Islamic education according to Bernard M Bass is a reflection of charismatic leaders including Idealized Influence (II), Inspirational Motivation (IM), Intelectual Stimulation (IS), Individualized Consideration (IC), Contingent Rewards (CR), Manage by Exception (MBE) and Laissez-Faire Leadership (LF). Leadership in Islamic education institutions can be done by combining transformative and spiritual leadership.

 

1 E Komariah, Aan dan Cepi Triatna, Visionary Leadership, Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005).

2 Ghorban, Mahmoodi and Soheylla Yekta, A Study of Relationship Between Transformational Leadership and Personnel Creativity in Higher Education Centers, World Applied Sciences Journal Volume 17 No 6, 2012.

3 Engkoswara      dan     Aan     Komariah.;      Administrasi      Pendidikan,     ( Bandung: Alfabeta, 2010), 177

4 Usman, Husaini.; Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008)

5 Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A,. Perilaku Organisasi , (Jakarta: Salemba Empat, 2008), 256.

6 Kartono, Kartini.; Pemimpin dan kepemimpinan. (Jakarta, Rajawali Press, 2002), 62

7 Wirjana, Bernadine R., dan Susilo Supardo.; Kepemimpinan, dasar-dasar dan pengembangannya. (Yogyakarta, CV. Andi Offset, 2002), 49

8 Robert Albanese, David D. Van Fleet,; Organizational Behavior: A Managerial Viewpoint, (Dryden Press, Texas, 1994)

9 Bass, Bernard M, Handbook of Leadership Theory, Research and Managerial Application, 3rd edition, (New York, free press published, 1990)

10 Robbins dan Judge. Perilaku Organisasi, Edisi Duabelas. Jakarta: Salemba Empat, 2008), 163

11 Munarji, Konsep dan aplikasi Kepemimpinan Provetic, Jurnal Edukasi Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Tulungagung, Vol 04, No. 01, juni 2016, 72

12 Ratnaningsih, E., Persepsi Gaya Kepempinan Transformasional dan Gaya Kepemimpinan Transsaksional dan pengaruhnya terhadap produktifitas dengan motivasi sebagai intervening Variable, Jurnal Ekonomi Janavisi, Vol. 12 No. 2 2009, 126

13 Donnely, B.S., The Nature and implication of Contextual Influence on Transsactional Leadership: A Conceptual Examination. Academy  of  Management Review. Vol. 22. No. 1. 1998, 359

14 Karim, Mohammad, Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan Islam, UIN Maliki Press, 2010

15 Ash-Shalabi, Ali Muhammad. The Great Leader of Umar bin  Khattab. Diterjemahkan oleh Khoirul Amru Harahap, Lc., M.Ag. dan Akhmad Faozan, Lc., M.Ag. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008

16 Bass, Bernard M, Handbook of Leadership Theory, Research and Managerial  Application, 3rd edition, the free press, 1990

17 Bass, Bernard M, Riggio, Ronald E, Transformational Leadership 2nd edition, lawrance Erlbaum associates, publisher, New Jersey, 2006

18 Ash-Shalabi, Ali Muhammad. The Great Leader of Umar bin  Khattab. Diterjemahkan oleh Khoirul Amru Harahap, Lc., M.Ag. dan Akhmad Faozan, Lc., M.Ag. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008

19 Bass, Bernard M, Riggio, Ronald E, Transformational Leadership 2nd edition, lawrance Erlbaum associates, publisher, New Jersey, 2006

20 Avolio, B. J., Bass, B. M., & Jung, D. I. (1999). Re-examining the components of transformational and transactional leadership using the Multifactor Leadership Questionnaire. Journal of Occupational and Organizational Psychology, 72, 441–462

22 Veithzal Rivai. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Edisi ke 6, PT. Raja Grafindo Persada, Depok

23 Brian J. Holmes, 1998. Choosing Forage Storage Facilities, Prepared for Dairy  Feeding Systems Management, Components and Nutrients (NRAES-116) Natural Resource, Agriculture and Engineering Service Cornell University, Ithaca, NY

24 Komariah, Aan dan Cepi Triatna, Visionary Leadership, Menuju Sekolah Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005

25 Karim, Mohammad, Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan Islam, UIN Maliki Press, 2010

Bibliography

Ash-Shalabi, Ali Muhammad. The Great Leader of Umar bin Khattab. Diterjemahkan oleh Khoirul Amru Harahap, Lc., M.Ag. dan Akhmad Faozan, Lc., M.Ag. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008.

Avolio, B. J., Bass, B. M., & Jung, D. I. (1999). Re-examining the components of transformational and transactional leadership using the Multifactor Leadership Questionnaire. Journal of Occupational and Organizational Psychology, 72, 441–462.

Bass, Bernard M, Handbook of Leadership Theory, Research and Managerial Application, 3rd edition, the free press, 1990

Bass, Bernard M, Riggio, Ronald E, Transformational Leadership 2nd edition, lawrance Erlbaum associates, publisher, New Jersey, 2006  Brian J. Holmes, 1998. Choosing Forage Storage Facilities, Prepared for Dairy                Feeding             Systems             Management, Components   and Nutrients (NRAES-116) Natural Resource, Agriculture and

Engineering Service Cornell University, Ithaca, NY Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.

Engkoswara  dan  Aan   Komariah,   Administrasi   Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010.

Ghorban, Mahmoodi and Soheylla Yekta, A Study of Relationship Between Transformational Leadership and Personnel Creativity in Higher Education Centers, dalam World Applied Sciences Journal Volume 17 No 6, 2012

John P. Kotter, Leading Change, Boston: Harvard Business School Press, 1996


 

 

 

Junaidi, Robert, Gaya Kepemimpinan para Tokoh Dunia”Flash book, Jakarta, 2014

Karim, Mohammad, Pemimpin Transformasional di Lembaga Pendidikan Islam, UIN Maliki Press, 2010

Kartono, Kartini. (2002) Pemimpin dan kepemimpinan. Jakarta, Rajawali Press.

KBBI, online https://kbbi.web.id/karakteristik

Komariah, Aan dan Cepi Triatna, Visionary Leadership, Menuju Sekolah Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005

Nurul Hidayah, Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta,  2016

Rivai, Vietzal, Manajemen Sumberdaya Manusia untuk Perusahaan, Dari Teori ke Praktik (3rd edition), Rajawali press, 2014

Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A., 2008. Perilaku Organisasi

Buku 2, Jakarta: Salemba Empat Jakarta

Robert Albanese, David D. Van Fleet, 1994. Organizational Behavior: A Managerial Viewpoint, Dryden Press, Texas

Usman, Husaini, Manajemen: Teori Praktik dan Riset  Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Veithzal   Rivai.   2014.    Manajemen   Sumber   Daya   Manusia   untuk Perusahaan, Edisi ke 6, PT. Raja Grafindo Persada, Depok,

Wirjana, Bernadine R., dan Susilo Supardo. (2005) Kepemimpinan, dasar-dasar dan pengembangannya. Yogyakarta, CV. Andi Offset.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

PARENTING DI TENGAH WABAH COVID-19

Tulisan ini saya dahului dengan pengalaman sebagai orang tua yang anaknya duduk di kelas 6 MI yang sebentar lagi akan ujian. Di sekolahnya di wajibkan Ujian menggunakan CBT (Computer Based Test). Bisa pakai laptop ataupun pake telepon genggam. Model Ujian yang sudah dua tahun ini diterapkan di sekolahnya.

Adalah guru kelasnya anak saya, memberi syarat untuk telepon di kumpulkan selama try out di madrasah. Artinya selama try out, HP di taruh di madrasah dan di pakai saat try out saja.

Ini yang bikin saya sebagai orang tua agak kurang setuju dengan kebijakan tersebut. Mungkin maksud dari guru dan kepala madrasah baik, untuk mengurangi anak bermain HP.  Namun apakah fungsi HP untuk anak anak hanya untuk mainan saja??  Tentu tidak, Karena keseharian anak bisa menambah pengetahuan mereka dari belajar dengan sarana HP. Baik ruang guru, atau aplikasi quizzes dan aplikasi di bimbingan belajar mereka, apabila anak tersebut ikut bimbel. Ada semacam keperluan lain dibanding hanya bermain ular-ularan, Mobile legend ataupun game-game lain yang bertebaran memenuhi dunia anak anak masa kini.

Sebagai orang tua milenial kini, problematika yang dihadapi tentu saja berbeda dengan orang tua kita zaman dulu. Nabi Muhammad bersabda “antum a’lamu bi umuri dunyakum” urusan dunia oleh nabi diserahkan kepada masing-masing pribadi umatnya. Quote popular dari Syayidina Ali Bin Abi Thalib, “Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, Karena mereka hidup bukan di jamanmu”. Dari quote ini  kita busa memahami bahwa mendidik anak harus menyesuaikan dengan zamannya. Tidak otoriter sesuai yang dianut oleh orang tua zaman dahulu, perlu penyesuaian di sana-sini.

Era Digital dimana semua ditandai dengan semua terhubung dengan tekhnologi. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, kita tidak terlepas dengan tekhnologi. Bangun pake jam Alarm dari HP kita, mandi pakai penghangat air, lagi lagi bersinggungan dengan barang elektronik.

Sesaat setelah menulis persoalan Ujian berbasis Komputer, riuh rendah informasi mengenai Covid-19 viral di media sosial. Tenyata Corona Virus 19 ini telah dinyatakan WHO sebagai Pandemi Internasional. Seluruh warga dunia merespon. Lima negara sejak 11 Maret lockdown. Istilah ini pertama kali saya dengar dari pak Asyari sahabat dari Jombang yang menyempatkan diri datang ke Tulungagung berdiskusi mengenai tugas tugas kuliah kami. Sampai kepada hal lockdown ini karena membahas isu corona yang sudah merebak.

Lima negara telah menyatakan dirinya lockdown selama 14 hari kedepan. Yaitu, China, Italia, spanyol, Iran dan Arab Saudi. Semua mengkarantina masyarakat mereka tetap bertahan di rumah karena virus menyebar dengan cepat di negara-negara tersebut.

Bagaimana dengan Indonesia?? Menyikapi adanya covid-19 ini sangat beragam, dari obatnya jamu jahe, kunir temulawak dan serei, memakai masker. Sampai pada jalan lain seperti memakai Qunut Nazilah, Istigotsah, dan lain sebagainya.

Tercengang kemudian dengan penanganan yang ada di Jakarta yang harus menghentikan aktivitas pembelajaran di sekolah dan belajar di rumah. Hal tersebut di ikuti oleh Jawa Barat, Semarang, solo, dan terakhir Jawa timur yang meliburkan  sekolah sampai tanggal 29 Maret 2020.

Anak-anak di himbau belajar menggunakan sarana Online. Nah… masuk nih tema saya, lagi-lagi era digital lebih nyata di praktekkan. Sebagai orang tua lagi lagi kita dituntut smart dalam menyiapkan sosial distance yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi gempuran virus corona ini.

Bagaimana orang tua harus bijak dalam mengarahkan anak belajar secara merdeka di rumah. Berikut beberapa tips yang bisa diberikan

  1. Diskusi / menjadi pendengar keluh anak

Jangan remehkan kekuatan menjadi pendengar ini, diskusi bahwa banyak virus berbahaya di luar sana sangat penting dilakukan, supaya anak sadar upaya menghidari virus dengan menjauhi kerumunan sosial.

  1. Membuat daftar makanan

Tidak perlu terlalu panik berbelanja, memborong semua bahan makanan selama sosial distance ini. Cukup merencanakan dan belanja sesuai menu yang telah di buat daftarnya, meminimalisir makanan yang terbuang sia-sia.

  1. List Aktivitas

Membuat daftar belajar meski hanya di rumah sangat penting dilaksanakan. Karena orang tua juga akan bertambah pekerjaan selama karena anak yang biasanya di sekolah belajar di rumah. Anak kebanyakan tidak terkontrol dalam aktivitas kalua dirumah. Bisa tidur saja atau bermain saja. Lupa dengan belajar mereka. Sebagai orang tua kita menemani mereka dengan mencari link pembelajaran di google seperti link rumah belajar dari kemendikbud. ruang guru dan lain-lain

 

Pola pembelajaran yang semula bertatap muka, ke depan akan sedikit bergeser menjadi pola-pola daring/online. Dengan segala kelemahannya, bentuk ini yang saat ini masih tepat untuk menangani pandemic.

Kedepan tentunya Ketika pandemic sudah berlalu, masih sangat perlu interaksi pertemuan kelas antara siswa dan guru. Membentuk karakter tidak semudah membalik telapak tangan. Membentuk karakter butuh ketelatenan dan kesabaran. Orang tua di rumah bisa menjadi pemeran utama dalam pembentukan karakter anak. Pembetukan secara sosial bisa dilakukan dengan interaksi dengan sesame siswa dan guru mereka di sekolah.

Bagaimana Mengembangkan kultur lembaga pendidikan Kultur ini merupakan nilai – nilai yang merupakan kebiasaan kebiasaan didalam lembaga pendidikan, seperti mengucap salam, upacara, slogan, kebiasaan khatam al qur’an, menghafal al-qur’an, doa dan sebagainya. Semua itu melibatkan komponen guru, kepala, siswa dan orang tua.

MARET WhatsApp Image 2020-03-21 at 08.16.32SUMBERAGUNG – REJOTANGAN – TULUNGAGUNG

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

KALENDER PENDIDIKAN 2018/2019

Berikut ini kami upload kalender pendidikan tahun pelajaran 2018/2019 versi excel untuk wilayah jatim

Kaldik 2018-2019 Jatim

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

ISLAMIC HOMESCHOOLING AND PARENTING

  1. PENDAHULUAN

Anak adalah amanah dari Allah. Orang tua berkewajiban dalam memberi warna hidup anak. Warna yang dimaksud adalah bagaimana kita mendidik anak anak. Dalam hadits Bukhori Muslim di sebutkan

حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ….فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari [Abu Az Zinad] dari [Al A’raj] dari [Abu Hurairah], bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, namun kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani…. [1]

Pemikir barat Jhon Locke mengemuka teori tabularasa (meja lilin), dimana dia siap menerima torehan grafiti dipermukaannya. Teori ini mengemukakan manusia ibarat kertas putih yang siap ditulisi apapun. Fitrah dimaknai dengan blank (kosong). Sebagian mengartikan dengan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir dan siap diaktualisasikan dalam kehidupan setelah terjadi persinggungan dengan lingkungannya. Potensi yang perlu dikembangkan adalah potensi spiritual, intelektual, sosial, emosional dan potensi jasmaniah.

Pada dekade akhir ini banyak orang tua yang sibuk dan tidak sempat memberikan pendidikan dalam pengembangan potensi, mereka menyerahkan kewajiban mendidik secara penuh di sekolah/madrasah. Ironisnya banyak sekolah / madrasah yang menawarkan full day school yang diperuntukkan untuk kebanyakan orangtua yang karir dan tidak banyak waktu untuk mendidik anak.

Di sisi lain homeschooling menjadi pilihan orang tua yang sadar ada gap di sekolah dalam mengisi pendidikan kepada anak mereka. Kasus kasus bullying salah satu sebab anak phobia terhadap sekolah (school phobia). Today an estimated 1.6–2.0 million children are being taught at home by their parents.[2]

Orangtua memilih mengajar anak sendiri di rumah. Homeschooling dinilai mampu untuk mengembangkan potensi anak secara optimal. Karena dasarnya homeschooling adalah orang tua yang menentukan nilai/ kebutuhan apa yang perlu untuk anak. Homeschooling adalah sebuah sistem pendidikan atau pembelajaran yang diselenggarakan di rumah. Salah satu tokoh Homeschooling adalah Kak Seto. Dia mendirikan  sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan secara “at home” atau di rumah. Dengan pendekatan “at home” inilah anak-anak merasa nyaman belajar karena mereka dapat belajar apapun sesuai dengan keinginannya, kapan saja dan dimana saja seperti Ia tengah berada di rumahnya.

Bagaimana kemudian dengan kita sebagai orang tua mendidik spiritualitas anak kita di era millenial ini? Bagaimana konsep Homeschooling dan sejarahnya?  Bagaimana prophetic parenting yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, dan metodenya?

 

  1. PENGERTIAN HOMESCHOOLING

Homeschooling atau sekolah rumah adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan/informal. Sekolahrumah dilakukan di rumah, di bawah pengarahan orangtua dan tidak dilaksanakan di tempat formal lainnya seperti di sekolah negerisekolah swasta, atau di institusi pendidikan lainnya dengan model kegiatan belajar terstruktur dan kolektif.

Menurut Sumardiono homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikan.[3]

Homeschooling bukanlah lembaga pendidikan, bukan juga bimbingan belajar yang dilaksanakan di sebuah lembaga, melainkan model pembelajaran di rumah dengan orang tua sebagai penanggung jawab utama. Orangtua bisa berperan sebagai guru atau juga mendatangkan guru pendamping atau tutor ke rumah.Yang mengejutkan alasan memilih homeschooling paling banyak  adalah mereka ingin lebih banyak memberikan kurikulum agama.

Some parents have objections to the secular nature of public schools and homeschool in order to give their children a religious education. Use of a religious curriculum is common. Recent sociological work suggests that an increasing number of parents are choosing homeschooling because of low academic quality at the local schools, or because of bullying or health problems.[4]

Diagram mikael haggstorm tentang alasan memilih homeschooling

 

Dalam homeschooling orang tua bertanggung jawab aktif dalam proses pendidikan mulai dari; menentukan arah pendidikan, nilai nilai (values), kecerdasan/ketrampilan yang akan dicapai, kurikulum dan materi pembelajaran dan menentukan metode belajar dan praktik mengajar keseharian.

Makna homeschooling di Indonesia telah disalahartikan oleh beberapa pihak (lembaga nonformal/PKBM) dan cenderung menyesatkan pemahaman masyarakat tentang makna homeschooling. Saat ini banyak lembaga pendidikan nonformal yang berdiri dengan menggunakan merek homeschooling tetapi kegiatan belajar dilaksanakan di lembaga. Tentunya hal ini tidak jauh berbeda dengan model sekolah nonformal lainnya. Padahal di luar negeri tidak ada istilah lembaga homeschooling, kecuali konsultan homeschooling, atau komunitas homeschooling. Adapun terkadang orangtua memanggil tutor datang ke rumah melalui perusahaan jasa penyedia tutor atau semacam lembaga les privat, atau juga mencari tutor dengan cara mencari informasi pada konsultan homeschooling dan komunitas homeschooling.

Dalam UU SISDIKNAS no 20 tahun 2003 pasal 27 dikatakan bahwa pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk belajar secara mandiri. Hasilnya diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.[5]

Dalam homeschooling orang tua sebagai kepala sekolah, sebagai guru pada tingkat  pra sekolah, SD. Semakin dewasa anak homeschooling semakin mandiri dan terbiasa mencari inisiatif dan aktif dalam mencari problem solving atas persoalan yang didapatkan. Peran orang tua sebagai guru berubah menjadi mentor dan fasilitator. Rumah tidak melulu menjadi center program dari homeschooling tapi bisa menggunakan apa saja untuk menunjang pembelajaran bisa menggunakan fasilitas di dunia nyata seperti : Fasilitas pendidikan (museum, perpustakaan, lembaga penelitian); Fasilitas umum ( taman, stasiun, jalan, pasar); Fasilitas sosial (Panti Asuhan, panti jompo, rumah singgah, Panti rehabilitasi, lapas anak, rumah sakit); fasilitas bisnis (mall, restorant, pabrik, sawah) dan lain-lain.

Homeschooling menggunakan pendekatan multiple intelegence  (kecerdasan majemuk). Salah satu konsep yang digagas dan dikembangkan oleh Howard Gardner seorang psikolog terkemuka dari University of Harvard. Gardner dalam teorinya menyatakan bahwa setiap anak memiliki komponen kecerdasan sebagai berikut : 1) Intelegensi Linguistik. 2) Intelegensi matematis-Logis. 3) Intelegensi Ruang-Spasial. 4) Intelegensi Kinestetik-jasmani. 5) Intelegensi Musik. 6) Intelegensi Interpersonal. 7) Intelegensi Intrapersonal. 8) Intelegensi lingkungan/Naturalis (Perkembangan selanjutnya dari 7). 9)Intelegensi eksistensial (Perkembangan lebih lanjut dari 8).[6]

Adapun penjabaran komponen kecerdasan adalah sebagai berikut:

  1. Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata. Orang yangcerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur, mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Mereka senang bermain-main dengan bunyi bahasa melalui teka-teki kata, permainan kata, dan tongue twister. Kadang-kadang mereka pun mahir dalam hal-hal kecil sebab mereka gemar sekali membaca, dapat menulis dengan jelas, dan dapat mengartikan bahasa tulisan secara luas. Kecerdasan ini terdiri atas beberapa komponen, termasuk fonologi (bunyi bahasa), sintaksis (struktur/susunan kalimat), semantik (pemahaman mendalam tentangmakna), dan pragmatika (penggunaan bahasa untuk mencapai sasaran praktis).[7]

  1. Kecerdasan logis-matematis

merupakan kecerdasan dalam hal angka dan logika.Ciri-ciri orang yang cerdas secara logis-matematis mencakup kemampuan dalampenalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis,mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.[8] Berdasarkan pendapat Armstrong[9] ketrampilan kerja yang didukung oleh kecerdasan ini diantaranya: mengurus keuangan, membuat anggaran, melakukan penelitian ekonomi, menyusun hipotesis, melakukan estimasi, melakukan kegiatan akuntansi, berhitung, mengadakan kalkulasi, menggunakan statistik, melakukan audit, membuat penalaran, menganalisa, menyusun sistematika, mengkelompokkan, dan mengurutkan.

  1. Kecerdasan Spasial

Kecerdasan spasial adalah kecerdasan yang mencakup kemampuan berpikirdalam gambar, serta kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembaliberbagai macam aspek dunia visual-spasial. Orang dengan tingkat kecerdasan spasialyang tinggi hampir selalu mempunyai kepekaan tajam terhadap detail visual dan membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi. Menurut Armstrong[10] ketrampilan kerja yang mendukung kecerdasan ini seperti: melukis, menggambar, membayangkan,menciptakan penyajian visual, merancang, berkhayal, membuat penemuan, memberiilustrasi, mewarnai, menggambar mesin, membuat grafik, membuat peta, berkecimpung dalam fotografi, membuat dekorasi, membuat film dan contoh profesi yang cocok dengan kecerdasan ini diantaranya: insinyur, ahli survei, arsitek, perencana kota,seniman grafis, desainer interior, fotografer, guru kesenian, penemu, kartografer, pilot, seniman seni murni, pematung

  1. Kecerdasan Musikal

Kecerdasan musikal ini berhubungan dengan kemampuan untuk mencerap, menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Kecerdasan musikal juga dimiliki oleh orang yang peka nada, dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama musik, dan yang mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu.[11] Berdasarkan pendapat Armstrong[12] keterampilan kerja yang didukung oleh kecerdasan ini diantaranya: bernyanyi, memainkan sebuah instrumenmusik, merekam, menjadi dirigen, melakukan improvisasi, menggubah lagu, membuat transkrip, membuat aransemen, mendengarkan, membedakan nada, menyetem, melakukan orkestrasi, menganalisis dan mengkritik gaya musik

  1. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani

Kecerdasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh danketerampilan dalam menangani benda. Orang dengan kecerdasan fisik memilikiketerampilan dalam menjahit, bertukang, atau merakit model. Mereka juga menikmatikegiatan fisik, seperti berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, berenang, atauberperahu. Mereka adalah orang-orang yang sangat cekatan, indra perabanya sangatpeka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.[13] Menurut Armstrong[14] keterampilan kerja yang didukung oleh kecerdasan ini diantaranya: menyortir, menyeimbangkan, mengangkat,membawa sesuatu, berjalan, berlari, membuat kerajinan tangan, memperbarui, menjadiseorang model, menari, berolahraga, mengorganisasi kegiatan luar rumah danberpergian. Contoh profesi yang cocok dengan kecerdasan ini diantaranya: ahli terapi fisik, pekerja rekreasi, penari, aktor, model, petani, ahli mekanik, pengrajin, guru pendidikan jasmani, pekerja pabrik, penata tari, atlet profesional, polisi hutan, tukang jam.

  1. Kecerdasan Antar pribadi (Intrapersonal)

Kecerdasan antarpribadi berkaitan dengan kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan ini mempunyaikemampuan untuk memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut pandang orang yang bersangkutan. Oleh karena itu mereka dapat menjadi networker, perunding danguru yang ulung. Orang yang memiliki kecerdasan ini mempunyai kemampuan untuk menggunakan pemahaman yang diperolehnya untuk bernegoisasi dengan orang lain, meyakinkan orang lain untuk mengikuti tindakan tertentu, menyelesaikan konflik antar individu, mendapatkan informasi penting dari rekan sejawat, serta mempengaruhirekan kerja, rekan sejawat, dan teman sebaya dengan berbagai cara. Salah satu ciri individu yang mahir dalam pergaulan antarpribadi adalah kemampuan untukmenemukan individu utama dalam sebuah kelompok yang mampu menolongnya mencapai sasaran.

  1. Kecerdasan Intrapribadi (Interpersonal)

Kecerdasan intrapribadi merupakan kemampuan untuk mengakses perasaansendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi, dan menggunakanpemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing hidupnya. Orang dengankecerdasan ini sangat mawas diri dan suka bermeditasi, berkontemplasi, atau bentuk lainpenelusuran jiwa yang mendalam. Sebaliknya, mereka juga sangat mandiri, sangatterfokus pada tujuan, dan sangat disiplin. Secara garis besar, mereka merupakan orangyang gemar belajar sendiri dan lebih suka bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain.[15] keterampilan kerja yang memerlukan kecerdasan ini antara lain melaksanakan keputusan, bekerja sendiri, mempromosikan diri sendiri, menentukan sasaran, mencari sasaran, mengambil inisiatif, mengevaluasi, menilai, merencanakan, mengorganisasi, membedakan peluang, bermeditasi, dan memahami diri sendiri.

  1. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan naturalis berkaitan dengan mengenali dan mengklasifikasi banyak spesies flora dan fauna dalam lingkungannya, Orang yang memiliki kecerdasan inicenderung memiliki kemahiran dalam berkebun, memelihara tanaman di dalam rumah, menggarap taman yang indah, atau memperlihatkan suatu perhatian alami terhadaptanaman dengan cara – cara lain.[16]

  1. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang menaruh perhatian pada masalahhidup yang paling utama. Dr. Gardner merumuskan kemampuan inti kecerdasan eksistensial ke dalam dua bagian[17] yaitu: 1) Menempatkan diri sendiri dalam jangkauan wilayah kosmos yang terjauh  yang tak terbatas maupun yang amat kecil. 2) Menempatkan diri sendiri dalam ciri manusiawi yang paling eksistensial –makna hidup, makna kematian, keberadaan akhir dari dunia jasmani danpsikologi, pengalaman batin seperti kasih kepada manusia lain, atau terjunsecara total ke dalam suatu karya seni. Menurut Armstrong setiap masyarakat telah menciptakan peranformal bagi orang-orang yang berperan dalam pembinaan kehidupan eksistensialanggotanya. Peran ini dipegang oleh pemimpin formal atau konvensional lembaga keagamaan: pendeta, pastor, imam, ulama, rabi, guru, dan ulama.

 

  • SEJARAH HOMESCHOOLING

Sejarah homeschooling dikenalkan pada abad ke 19 – 20. Diperkenalkan oleh Marthin Luther di German. Pada saat itu homeschooling berkembang pada tingkatan kultur dan pendidikan yang berbeda, homeschooling dilakukan oleh orang orang kaya dengan menyewa tutor profesional. Awal homeschooling  di tahun 1960 – 1970 an dengan para reformis pendidikan yang tidak puas dengan industrialisasi pendidikan.

homeschooling telah membuat keuntungan penting dalam jumlah absolut dan persentase populasi usia sekolah di negara-negara yang beragam seperti Australia, Brazil, Kanada, Inggris, Jepang, Meksiko, Afrika Selatan, Korea Selatan, Skotlandia, dan Rusia.[18] Kelahiran kembali homeschooling setelah sekitar satu abad ketenangan telah mengejutkan banyak pendidik, sosiolog, ilmuwan politik, sejarawan, dan teolog.

Pada tahun 1647, Inggris memberi peraturan pendidikan dasar wajib.  Di daerah selatan, terdapat peternakan dan perkebunan tersebar luas sehingga sekolah komunitas seperti di permukiman yang lebih rapat penduduknya tidak mungkin dilakukan.

Sebagian besar budaya suku asli Amerika secara tradisional menggunakan pendidikan di rumah dan magang untuk menyampaikan pengetahuan kepada anak-anak. Orang tua didukung oleh kerabat dan pemimpin suku bertanggung jawab dengan pendidikan anak-anak mereka. Penduduk Asli Amerika dengan gigih menolak wajib belajar di Amerika Serikat

Tahun 1960an Rousas Johnn Rushdoony menjadi pengacara dalam homeshooling.    Dia memerangi sekuler dalam sistem sekolah umum di USA.  Secara menentang reformasi sekolah yang dicanangkan oleh Horace man dan John Dewey. Dia berpendapat bahwa pengaruh pendidikan di USA dapat diubah dengan tiga pendekatan: mental intelektual, karakter pendidikan agama dan filosofi kurikulum Kristen. Rushdoony sering dipanggil menjadi saksi Ahli oleh Home School Legal Defense Association (HSLDA) dalam kasus kasus di pengadilan. Dia sering menjadi pengacara penggunaan sekolah privat.

Homeschooling menjadi jawaban dari beberapa hal kelemahan yang terjadi di sekolah. Pendidikan yang berbasis rumah untuk mengeksplorasi dunia yang kita kenal dengan belajar atau pendidikan. Rumah menjadi dasar yang terbaik dibanding sekolah apapun. (holt 1980). Pendidikan di sekolah dibangun dari pendidikan di rumah atau pendidikan sebagai dasar akademik untuk hidup. Melihat pendidikan di rumah sebagai sebuah hal yang alamiah, aspek pengalaman hidup yang tercermin dari keterlibatan anggota keluarga dalam kehidupan sehari hari.

 

  1. PENGERTIAN ISLAMIC PARENTING

Menurut pemikiran Syaikh Jamal Abdurrahman dalam buku Islamic Parenting  pendidikan dimulai sejak anak berada dalam sulbi ayahnya karena pada fase ini pendidik dapat menanamkan prinsip prinsip yang lurus dan berorientasi yang baik dalam jiwa dan perilaku anak didiknya. Islam menekankan pentingnya peran orang tua untuk terlibat aktif dalam proses pendidikan agar anak tetap berkembang sesuai dengan fitrahnya.[19]

Memberikan pendidikan anak dimulai dari fase-fase pertumbuhan manusia; sejak masih dalam bentuk janin dalam rahim, (fase sebelum kelahiran); fase kanak kanak awal;  fase kanak-kanak lanjutan; sampai fase dewasa melalui perspektif Al Qur’an dan Sunnah.[20]

Nabi Muhammad SAW memberikan contoh yang sangat agung tarbiyah cucunya Hasan Bin Ali bin Abi Thalib. Dibawah penjagaan sang kakek Nabi Muhammad yang sangat mulia Hasan di asuh dan dididik menjadi pribadi yang mulia dan terpuji, pemberani, bijaksana dan memiliki jiwa pembimbing, pendidik dan pembaru yang agung. Pendidikan Nabi Muhammad SAW inilah yang merupakan pendidikan prophetic yang menjadi dasar pendidikan kepada anak.

Pola asuh sendiri merupakan bentuk perlakuan orang tua terhadap anak, sedangkan menurut Moh. Shochib dalam bukunya menyebutkan bahwa pola asuh yang dibutuhkan anak dari orang tuanya adalah kemampuan orang tua dalam menghayati kewajiban atau tugasnya sebagai pengasuh yang dapat membantu anak dalam memiliki dasar-dasar moral, kontrol diri, suasana psikologi serta bersosialisasi[21]

Parenting adalah pekerjaan dan keterampilan orang tua dalam mengasuh anak. Menurut Fauzil adhim, pola asuh adalah sikap orang tua terhadap anak mempengaruhi bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik dan mengasuh anak, menghadapi perilaku-perilaku anak maupun kenakalan anak.[22]

Pendidikan anak ala Rasulullah Saw pada saat ini lebih sering dikenal dengan istilah prophetic parenting. Konsep dalam prophetic parenting adalah mendidik anak dengan berkiblat pada cara-cara yang dilakukan Rasulullah SAW dalam mendidik keluarga dan sahabat beliau. Konsep Prophetic mendasar pada keteladanan (uswah hasanah) yang terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW. Menjadi sebuah penekanan penting bahwasannya dalam prophetic parenting berlaku sebuah proses pendidikan bukan sekedar proses pengajaran, kerena dalam proses pendidikan selain mengajarkan ilmu juga menanamkan nilai-nilai. Prophetic parenting dimulai dari membimbing setiap orang tua yang mendidik anak mulai dari mereka belum disebut orang tua. Maksudnya adalah prophetic parenting membimbing setiap pemuda dan pemudi untuk mempersiapkan diri mereka sebaik mungkin sebelum mereka menikah dan mempunyai anak. Menyiapkan segala ilmu yang lurus sebelum menjadi orang tua sangatlah penting karena dengan ilmu yang lurus setiap orang tua akan sukses dalam memimpin atau mengarahkan keluarganya menuju kebaikan. Persiapan ilmu tersebut berlaku baik untuk seorang pemuda yang akan menjadi suami maupun pemudi yang akan menjadi seorang istri. Orang tua (khususnya orang tua muslim) memiliki andil terbanyak dalam misi pendidikan karakter. Dalam prophetic parenting, pendidikan anak juga terjadi sebelum terjadi konsepsi, calon bapak dan calon ibu disunahkan untuk memberikan perhatian (dalam bentuk do’a) agar bila konsepsi terjadi, janin yang akan berkembang dalam rahim ibu benar-benar dalam perlindungan dan keridhoan Allah SWT. Tahap ini berlangsung sejak proses pembuahan himgga anak lahir, yaitu sekira sembilan bulan. Meskipun relatif singkat, proses perkembangan pada tahap ini begitu penting, sebab pada saat hamil itulah seorang ibu mulai berperan dalam mendidik anak.[23]

 

  1. METODE PENDIDIKAN PROPHETIC PARENTING

Metode Pendidikan dalam Prophetic Parenting

  1. Metode Keteladanan

Suri teladan yang baik memiliki dampak yang besar pada kepribadian anak, sebab mayoritas yang ditiru anak berasal dari kedua orangtuanya, bahkan dapat dipastikan pengaruh dominan berasal dari kedua orangtuanya. Rasulullah Saw. Memerintahkan kedua orangtua untuk menjadi suri teladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku jujur dalam berhubungan dengan anak. Kita sering memandang anak sebagai makhluk kecil, namun karena setiap waktu anak melihat perilaku dan perbuatan orang tuanya, maka kemampuan untuk meniru secara sadar atau tidak sangat besar. Pada mula dan awalnya anak akan selalu belajar dari lingkungan terdekatnya, yaitu orang tua. Mereka menyerap informasi dengan baiknya dari kelima indera mereka, bukan hanya perkataan orang tua tetapi sikap serta perilaku orang tua akan mereka serap juga, baik disadari ataupun tidak. Kecenderungan manusia untuk meniru belajar lewat peniruan, menyebabkan keteladanan menjadi sangat penting artinya dalam proses. Apalagi bagi anak yang mudah meniru perilaku orang yang mempunyai ikatan emosi dengannya. Metode keteladanan ini senada dengan apa yang diungkapkan Albert Bandura dengan teori pemodelannya. Bandura percaya bahwa proses kognitif juga mempengaruhi Observastional Learning atau jika kita hanya belajar dengan cara trial-and-error, maka belajar menjadi sesuatu yang sangat sulit dan memakan waktu lama. Salah satu kontribusi yang sangat penting dari Albert bandura adalah menekankan bahwa manusia belajar tidak hanya dengan classical dan operant conditioning, tetapi juga dengan mengamati perilaku orang lain. Yang mana teori tersebut disebutnya dengan peniruan atau modeling

  1. Metode dengan Pembiasaan

Pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu/ seseorang menjadi terbiasa.[24] Inti dari metode pembiasaan adalah pengulangan. Pembiasaan merupakan hal yang sangat ditekankan Rasulullah SAW, sebab anak mendapat pengetahuan dari apa yang dilihat, dipikir dan dikerjakannya. Jika dalam kesehariannya anak sudah terbiasa melakukan hal-hal yang baik, maka akan terpatri sampai dewasa kelak.[25]

Untuk menciptakan anak-anak yang baik, maka perlu pembiasaan sejak kecil dari orangtua dan keluarga lainnya. Karena itu, orangtua terlebih dahulu harus menjadikan perbuatan-perbuatan baik sebagai kebiasaan dan kepribadiannya sehari-hari, sehingga mudah dicontoh oleh anak-anak. Sebagai permulaan dan sebagai pangkal pendidikan, pembiasaan merupakan alat satu-satunya. Sejak lahir anak-anak harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan perbuatan-perbuatan yang baik. Pembiasaan ini juga dapat diartikan pengulangan atau dalam istilah metode pembelajaran modern dikenal dengan istilah driil. Salah seorang tokoh psikologi yang memberi pengaruh terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan teori pembiasaan adalah, Edward lee Thoorndike yang terkenal dengan teori connectionism (koneksionisme) yaitu belajar terjadi akibat adanya asosiasi antara stimulus dengan respon, stimulus akan memberi kesan pada panca indra, sedangkan respon akan mendorong seseorang untuk bertindak.[26]

  1. Metode dengan Nasehat

Metode pendidikan melalui nasehat merupakan salah satu cara yang dapat berpengaruh pada anak untuk membukakan jalannya kedalam jiwa secara langsung melalui pembiasaan.Nasihat adalah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasehati dari bahaya serta menunjukkannya ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat. Pendidikan dengan nasehat ini harus memperhatikan dua sisi yaitu mengarahkan kepada kebenaran dengan mengingkari kemungkaran. Dikala anak telah memahami keduanya, di sinilah sesungguhnya peran nasihat sangat dibutuhkan. Karena sesungguhnya daya nalar anak masih membutuhkan bimbingan supaya tepat dalam menyimpulkan apa yang dilihatnya. Dengan nasihat inilah orang tua mendorong anak untuk memperbaiki kesalahan dengan menjelaskan akan sebab akibatnya. Rasulullah SAW, selalu memperhatikan waktu dan tempat untuk menasihati anak-anak. Orang tua harus mampu memilih kapan saatnya yang tepat agar hati anak-anak dapat menerima dan terkesan dengan nasihatnya. orang tua untuk memberi nasehat-nasehat dengan cara yang baik.

 

  1. Metode Perhatian

Secara psikologis anak-anak membutuhkan — dalam pergaulan dan persahabatan dengan mereka — kasih sayang dan perhatian. Anak-anak, kalangan remaja hingga orang dewasa pun sama-sama membutuhkan cinta dan kasih sayang. Kasih sayang merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan anak- anak. Senada dengan makna kontekstual dari hadits di atas, Carl Rogers, salah satu tokoh psikologi behavioristik berpendapat bahwa proses suasana (emotional approach) dalam mendidik individu bukan hasil dari belajar. Artinya bahwa orangtua harus lebih responsif terhadap kebutuhan kasih sayang dalam proses pengasuhan maupun mendidik anaknya. Perasaan gembira, senang adalah hal yang dinginkan dalam proses pengasuhan.

  1. Metode Pujian, Sanjungan dan Hukuman.

Rasullulah SAW. Mengingatkan tentang hal yang membawa dampak besar dalam jiwa anak yaitu dengan memberikan pujian dan sanjungan. Pujian dan sanjungan dapat menggerakkan perasaannya, sehingga dia dapat memperbaiki perilaku dan perbuatannya. Hati anak yang merasa senang mendengar pujian dan akan terus melakukan perbuatan terpuji. Sedangkan untuk pemberian hukuman sendiri, dalam pola asuh Rasullullah SAW. Adalah bentuk pengobatan, hal ini dilakukan agar anak sadar bahwa masalahnya adalah masalah serius; bukan main-main. Dengan merasakan pedihnya hukuman, anak diharapkan dapat menyadari besarnya nilai kasih sayang dan kelembutan dari orangtuanya sebelum dihukum. Anak juga dapat merasakan pentingnya ketaataan, sikap dan perilaku baik mereka.

 

  1. Metode kisah

Kisah dalam prophetic parenting di jadikan Rasullullah sebagai alat (media dan sarana) untuk menjelaskan sutu pemikiran dan mengungkapkan suatu masalah. Kisah yang baik akan banyak diminati dan dapat menembus relung jiwa manusia dengan mudah. Segenap perasaan mengikuti alur kisah tersebut tanpa merasa jenuh, begitu juga nilai nilai yang terkandung di dalamnya dapat dicerna oleh akal, diserap ke dalam hati untuk direalisasikan dalam tingkah laku. 38 Dalam psikologi perkembangan anak usia dini, ada beberapa alasan mengapa menceritakan kisah dianggap efektif dalam memberikan pendidikan kepada anak. Pertama, kisah atau cerita pada umumnya lebih berkesan dari pada nasehat, sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Kedua, melalui kisah atau cerita anak diajarkan mengambil hikmah. Penggunaan metode bercerita akan membuat anak lebih nyaman dari pada diceramahi dengan nasehat. Dalam menggunakan metode bercerita hendaknya menyesuaikan dengan level kognitif anak. Dimana pada usia dini, level kognitif mereka masih pada operasional konkrit. Jadi cerita yang dibacakan atau disampaikan haruslah menyesuaikan tingkat kemampuan kognitif anak

 

  1. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ISLAMI DENGAN PROPHETIC PARENTING

Allah SWT. Telah menceritakan didalam Al Qur’an tentang nasihat Luqman yang penuh keihklasan dan kebaikan kepada anaknya. Nasihat Luqman tersebut agar: 1) anaknya menjadi pribadi yang shalih dengan jalan beribadah kepada Allah SWT. 2) Agar menjadi anak yang bermanfaat kepada sesama dengan menyerukan yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar. 3) Agar anaknya bersikap sabar jika menerima perlakuan yang semena-mena. 4) Mengajak orang lain ke jalan kebaikan. Semua itu sebagaimana dikisahkan dalam QS. Luqman(31) ayat 17

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS Luqman, 17)[27]

Pendidikan untuk anak dalam rangka membentuk pribadi yang mulia menurut Syaikh Khalid bin Abdurrahman al-‘ik, adalah:[28]

  1. Suka Menolong.

Membiasakan anak suka menolong dengan tujuan agar anak suka memberi, cinta kebaikan, menyayangi orang lain, dan mendorong untuk bekerja sama dan bergabung dalam kehidupan masyarakat. Anak akan terbiasa memiliki jiwa rela berkorban, suka berderma dan tidak bersifat egois sehingga bisa merealisasikan nilai – nilai solidaritas sosial.

  1. Mengondisikan anak gemar berkarya.

Dengan berkarya anak akan lebih merasa berarti. Ketika bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan, ia merasa memiliki keahlian. Secara tak langsung ia menghindari rasa malas juga memiliki cita-cita yang tinggi.

Agama Islam mengajarkan dan menekankan pentingnya bekerja. Rosulullah SAW adalah seorang penggembala kambing dimasa kecilnya sebelu masa kenabian. Beliau juga berdagang ke negeri Syam.

Menjauhkan anak dari sifat malas dan mengkondisikan dia bangun pagi adalah suatu yang harus dilakukan. Anak anak bangunkan untuk memotivasi sholat daripada memotivasi sekolah. Karena dengan sholat subuh, anak akan bangun lebih pagi dibandingkan dengan membangukan karena tujuan sekolah. Apalagi sekarang zaman audiovisual yang memanjakan anak untuk bermalas malasan dan bersantai.

  1. Membiasakan anak untuk menjauhi sikap Egois, berani dan sopan.

Anak yang bermain sendiri, duduk sendiri atau tidak ada seroang temanpun yang menemaninya bermain dan bersenda gurau harus kita perhatikan dan kita harus mampu memberikan motivasi untuk berubah perilaku anak agar tidak suka menyendiri serta menjauhkan diri dari mementingkan diri sendiri. Oleh sebab itu kita harus memperhatikan anak sejak kecil dan mendidikanya dengan memberi contoh yang bagus untuk membawanya ke dalam nilai nilai Islam dan bersifat dermawan.

  1. Menghargai waktu

Dalam memaknai menghargai waktu anak dibiasakan untuk memahami arti penting waktu dan usia yang telah dilalui dalam kehidupannya. Jika anak sejak kecil tidak diajari menghargai waktu, akan membahayakan generasi bangsa. Apalagi jaman sekarang gagdet dan TV membuat anak sering lupa waktu sholat, mengaji, membaca al-qur’an ataupun belajar.  Juga tidak kalah buruknya karena sering melihat orang tua menghabiskan waktu dengan melakukan hal hal yang tidak bermanfaat.

  1. Membiasakan anak meminta izin

Adab meminta izin adalah akhlak yang mulia, bisa menjernihkan oerasaan dan menjadi jalan kesucian yang terbebas dari prasangka. Oleh sebab itu orang tua hendaknya benar benar menjauhkan anak melihat rumah orang lain tanpa seizin pemiliknya. Apalagi malah menanyai anak bagaimana perilaku keluarga tersebut. Ini sama halnya dengan memata-matai, mengawasi gerak gerik orang lain. perbuatan tersebut bertentangan dengan nilai –nilai syara’.

  1. Membiasakan anak menjaga rahasia

Rosulullah SAW bersama Anas pernah memberikan sebuah rahasia. Di riwayatkan dari Tsabit, ia berkata: “Rosulullah SAW mendatangiku, waktu aku sedang bermain-main dengan anak-anak. Lalu, beliau memberi salam kepada kami. Setelah itu beliau mengutusku untuk suatu keperluan”, maka pelan-pelan aku mendatangi ibuku. Setelah aku tiba dihadapan ibuku, ibuku bertanya “apa yang menahanmu?” Aku menjawab: “Rosulullah SAW mengutusku untuk suatu keperluan” lalu ibuku bertanya: “keperluan apa?” aku menjawab “itu rahasia” kemudian, ibuku berkata:”janganlah kamu menceritakan rahasia Rosulullah SAW kepada siapapun.” Anas berkata : “Demi Allah, jika aku menceritakan rahasia kepada seseorang aka aku akan menceritakan kepadamu hai Tsabit”. [29]

Demikianlah anak anak sahabat Rosulullah dididik. Dengan pendidikan seperti itu para pendahulu kita bisa mencapai kemajuan. Maka anak kita harus dididik juga dengan cara cara seperti itu.

 

  • KESIMPULAN

 

Anak adalah karunia Allah kepada manusia sekaligus merupakan amanah yang harus dijaga, diberi nafkah, didik dan dipertanggungjawabkan oleh orangtuanya. Cara strategis dalam membentuk karakter anak-anaknya melalui pengasuhan yang tepat. Kesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik. Banyak keluarga yang gagal dalam proses pembentukan karakter, padahal kesuksesan seseorang tergantung kualitas karakter yang dimilikinya. Model homeschooling dan prophetic parenting atau pengasuhan dalam keluarga dengan cara cara nabi Muhammad SAW merupakan dasar yang sangat penting bagi perkembangan karakter atau akhlak anak. Rasulullah SAW di utus sebagai suri teladan atau figur terbaik yang harus diikuti seluruh umat manusia termasuk cara mendidik dan mengasuh anak atau di sebut dengan prophetic parenting. Metode pendidikan yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW sudah seharusnya menjadi teladan dalam setiap langkah tidak terkecuali dalam pengasuhan anak. Di antara metode-metode pendidikan karakter atau akhlak bagi anak yang dapat diterapkan adalah pembiasaan, keteladanan, pemberian nasihat, pemberian sanjungan dan hukuman, memberikan perhatian dan pendidikan melalui metode kisah.

Sedangkan untuk membentuk pribadi yang Islami dengan prophetic parenting adalah dengan mendidik anak supaya suka menolong, gemar berkarya, menjauhi sikap egois, menghargai waktu, selalu meminta izin dan membiasakan untuk pandai menjaga rahasia.

DAFTAR RUJUKAN

 

Abdurrahman al-‘ik, Syaikh khalid bin, Prophetic Parenting, Laksana, Yogyakarta, 2017,

Abdurrahman, Syaikh Jamal, Islamic Parenting: Pendidikan Anak Metode Nabi ( Solo: AQWAM, 2013)

Al Qur’an dan terjemahnya, Thoha Putra, Semarang

Amstrong, Thomas, 7 Kinds of Smart. Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama (2002)

An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, Jilid 16

Hadits Riwayat al-Bukhari, Muslim. Shahihul Bukhari

Nadia, Asma, Catatan Hati Ibunda, Asmanadia publishing house, 2013

Ray, Brian, A Review of research on Homeschooling and what might educators learn, Journal,   Pro posicoes V. 28, N. 2 (83) | Maio/Ago, 2017

Ray, Brian,Worldwide Guide to Homeschooling, Broadman & Holman, 2002

Sumardiono, Apa itu Homeschooling. PT Elex Computindo Jakarta, 2007

UU Sisdiknas no 20 tahun 2003

[1] Hadits Riwayat al-Bukhari, Muslim. Shahihul Bukhari juz 5 h.280 nomor hadits 1358,1385,4775,6599,15317

[2] Brian Ray,Worldwide Guide to Homeschooling, Broadman & Holman, 2002, 7.

[3] Sumardiono, Apa itu Homeschooling. PT Elex Computindo Jakarta, 2007, 3

[4] Wikipedia

[5] UU Sisdiknas no 20 tahun 2003

[6] Sumardiono, Apa itu Homeschooling. PT Elex Computindo Jakarta, 2007, 34

[7] Thomas Amstrong,. 7 Kinds of Smart. Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama (2002), 20-21

[8] Ibid, 3

[9] Ibid, 110

[10] Ibid, 180

[11] Ibid, 4

[12] Ibid, 179-180

[13] Ibid, 4

[14] Ibid, 180

[15] Ibid, 5

[16] Ibid, 212

[17] Ibid 218-219

[18] Brian Ray, A Review of research on Homeschooling and what might educators learn, Journal,   Pro posicoes V. 28, N. 2 (83) | Maio/Ago, 2017

[19] Syaikh Jamal Abdurrahman, Islamic Parenting: Pendidikan Anak Metode Nabi ( Solo: AQWAM, 2013), 26.

[20] Syaikh khalid bin Abdurrahman al-‘ik, Prophetic Parenting, Laksana, Yogyakarta, 2017,14

[21] Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membina Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta:Rineka Cipta, 1998, 35.

[22] Muhammad Fauzil Adhim, Salahnya Kodok , Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1996,  12

[23] Abdul Mustaqim, Menjadi Orang Tua Bijak, Bandung: Al-Bayan Mizan, 2005, 28

[24] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,  Jakarta: Ciputat Pers, 2002, 110.

[25] Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, 225.

[26] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, 169.

[27] Al Qur’an dan terjemahnya, Thoha Putra, Semarang, 665

[28] Syaikh khalid bin Abdurrahman al-‘ik, Prophetic Parenting, Laksana, Yogyakarta, 2017, 89-93

[29] An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, Jilid 16, 14

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

JADWAL PELAJARAN

JADWAL MAPEL 2018-2019

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Selamat melaksnakan Ujian tingkat SLTP

segenap keluarga besar MI Arrosidiyah mengucapkan 

Selamat menjalankan ujian nasional 2,3,4 &8 Mei untuk tingkat SLTP.

Semoga sukses dan menjunjung tinggi kejujuran.

 

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

DRAF PERUBAHAN KURIKULUM

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar